Foto:Acehkita.com |
PERNAHKAH Anda menikmati pemandangan Kota Banda Aceh dari atas pebukitan? Melihat Banda Aceh ditaburi kemilau cahaya di malam hari? Keindahan panorama itu bisa Anda saksikan dari atas perbukitan (glee) Geunteng, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar.
Dari atas bukit ini, Anda bisa menemukan wajah Banda Aceh yang dipenuhi cahaya lampu pada malam hari. Atau melihat taburan perumahan beragam ukuran berada di bibir pantai, yang satu dekade lalu musnah disapu gelombang tsunami.
Glee Geunteng, sebuah gunung yang terletak di kecamatan Peukan Bada, kabupaten Aceh Besar. Kabupaten yang bertetangga dekat dengan Banda Aceh ini menyimpan sebuah gunung yang sangat menawan. Keberadaannya pun cukup mudah untuk didatangi. Tidak begitu jauh dari kota Banda Aceh, lebih kurang 5 Kilometer dari pusat kota.
Geunteng, dalam bahasa Aceh memiliki arti curam. Sedangkan Glee memiliki arti gunung. Jadi Glee Geunteng adalah sebuah gunung yang curam.
Jalan satu-satunya untuk menuju ke punjak Glee Geunteng hanya bisa ditembus melalui Gampong (kampung) Lamgeu Eu. Keberadaan Gampong Lamgeu Ue ini hanya terpaut beberapa meter dengan Ajun, sebuah daerah yang sudah cukup terkenal di Banda Aceh.
Melalui jalan Gampong Lamgeu Eu itulah, satu-satunya akses menuju punjak Glee Geunteng yang menyuguhkan keindahan wajah kota Banda Aceh dari ketinggian.
Sore itu, saya dan tiga orang teman bersepakat mendaki Glee Geunteng. Berbekal sebuah senter, beberapa botol air minum, dan makanan seadanya, kami putuskan untuk menjelajahi Glee Geunteng. Dari kesiapan serta logistik yang kami bawa untuk tracking, memang tidak menandakan kami akan menginap. Perjalanan itu kami lakukan hanya untuk menghalau sedikit kejenuhan saja.
Matahari kian bergeser menuju ufuk barat. Jam ditangan sudah menunjukkan pukul 5 sore saat kami tiba di Gampong Lamgeu Eu.
Setiba di sana, kami memakirkan sepeda motor tepat di bawah kaki gunung yang diselimuti oleh semak-semak liar. Tidak jauh beberapa meter dari tempat kami memarkirkan motor, terlihat ada aktifitas penambangan galian C. Beberapa orang pekerja tambang dan mobil truk pengangkut material tambang tampak ada di sana.
Warna orange berkilauan, ciri khas dari sesuatu yang bernama senja, terus merona dilangit kota Banda Aceh. Wajah langit kota sore itu ikut menambah semangat kami untuk secepatnya mendaki agar tidak terlewatkan moment senja dan detik-detik cahaya lampu menerangi seisi kota.
Setelah melihat sejenak akitivitas penambangan galian C tersebut, kami mulai menelusuri jalan menuju puncak Glee Geunteng.
Di sepanjang perjalanan mendaki, pemandangan hamparan padang ilalang dan pohon-pohon besar yang masih rindang membuat mata berdecak kagum. Udara khas pegunungan yang sejuk, dan sinar matahari yang berkilauan di sela-sela pohon, menambah keindahan perjalanan kami sore itu.
Keringat mengucur membasahi tubuh. kerongkongan mulai terasa kering. beberapa kali kami sempat berhenti untuk mengumpulkan tenaga. Walaupun ketinggiannya cuma 200 Mdpl, namun Glee Geunteng cukup membuat keringat kami mengucur dengan deras. Betapa tidak, gunung yang menyajikan pemandangan kota Banda Aceh dari ketinggian ini memiliki kemiringan 60-80 derajat.
Akhirnya, sekitar satu jam perjalanan mendaki, yang sempat puluhan kali berhenti karena kelelahan, kami sampai di puncak gunung. Di atas puncak kami mendapati sebuah tower pemancar serta satu bangunan yang masih berdiri kokoh. Tidak jelas tower pemancar dan bangunan tersebut berfungsi untuk apa. Sekilas, keberadaanya terlihat seperti sudah lama ditinggalkan.
Kami memutuskan untuk memilih bersantai di samping bangunan itu. Sembari melepas lelah, dan membiarkan keringat kering dihapus angin, saya memanjakan mata dengan melihat ke seluruh penjuru kota yang terhidang indah.
Di waktu senja tiba, puncak glee geunteng benar-benar menawan. Rumput ilalang yang tumbuh disekitar puncak gunung dibuat menari-nari oleh angin sore, seakan memberi tanda menyambut kedatangan kami. dari atas puncak, pesona Banda Aceh tampak begitu indah. Dibalut warna kuning keemasan, bercambur birunya langit sore, membuat wajah Kutaraja semakin mempesona.
Senja tak bisa ditahan untuk pulang ke peraduannya. Pun begitu juga dengan burung-burung pemakan padi, yang berburu makanan di sawah yang tertanam rapi di bawah kaki gunung. Mereka tak mau singgah berlama-lama dipematang sawah sebab hari kian gelap. Pulanglah burung-burung yang berburu makanan secara berkelompok tersebut menuju sarangnya.
Perlahan-lahan lampu dari tiap rumah mulai hidup satu persatu. Demikian juga dengan lampu jalan, lampu-lampu toko juga ikut bersahut-sahutan menyala menerangi Banda Aceh dari segala penjuru.
Matahari perlahan terbenam dalam pelukan malam. Wajah Banda Aceh samar-samar terlihat ikut berganti. Tampak dari seluruh penjuru Kutaraja, kerlap-kerlip lampu menyelimuti kota yang sudah berumur tua ini.
Dari puncak Glee Geunteng wajah Banda Aceh dihujani ribuan cahaya. Indah! inilah kata yang terbesit dihati saya ketika pertama sekali menyaksikannya.
Mendaki Glee Geunteng menjadi sebuah alternatif lain untuk mengisi liburan di kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Lokasinya yang mudah ditempuh, alamnya yang masih asri, dan tentu saja keindahan ribuan cahaya lampu kala malam, suasana begini saya yakin bisa membuat Anda nyaman untuk bersantai di Glee Geunteng.
Kalau Anda tertarik untuk mendaki Glee Geunteng, jangan lupa membawa bekal minuman serta makanan yang cukup. Sebab, di atas puncak tidak ada warung yang menyediakan itu semua. Percayalah.
Dan yang terlebih penting, jangan membuang sampah digunung! Sampah bekas makanan, bungkusan plastik, botol minuman, bungkus rokok, serta puntung rokok sebisa mungkin tolong Anda bawa turun kembali. Keindahan Glee Geunteng pasti akan sirna kalau sampah bertaburan di sana. Tentu kita tidak ingin hal itu terjadi, maka sudah sepatutnya keindahan dari Glee Geunteng kita jaga bersama-sama.
Source: http://www.acehkita.com/
0 comments:
Post a Comment